BAB 8
MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP
8.1 PENGERTIAN PANDANGAN HIDUP
Setiap manusia mempunyai pandangan
hidup. Pandangan hidup itu bersifat kodrati.
Karena itu ia menentukan masa depan seseorang. Untuk
itu perlu dijelaskan pula apa arti pandangan hidup.
Pandangan hidup artinya pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan,
pedoman, arahan. Pendapat atau pertimbangan itu merupakan hasil pemikiran
manusia berdasarkan pengalaman sejarah menurut waktu dan
tempat hidupnya.
Dengan demikian pandangan hidup itu
bukanlah timbul seketika atau dalam waktu
yang singkat saja, melainkan melalui proses waktu yang
lama dan terus menerus, sebingga basil pemikiran itu
dapat diuji kenyataannya.Hasil pemikiran itu dapat diterima oleh akal,
sehingga diakui kebenarannya. Atas dasar ini manusia menerima hasil
pemikiran itu sebagai pegangan, pedoman, arahan, atau
petunjuk yang disebut pandangan hidup.
Pandangan hidup banyak sekali
macamnya dan ragamnya, akan tetapi
pandangan hidup dapat diklasifikasikan berdasarkan
asalnya yaitu terdiri dari 3 macam :
(A) Pandangan hidup yang berasal dari agama
yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenarannya
(B) Pandangan hidup yang berupa ideologi yang disesuaikan
dengan kebudayaan dan nonna yang terdapat pada negara
tersebut.
(C) Pandangan hidup hasil renungan
yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya.
Apabila pandangan hidup itu diterima oleh sekelompok orang
sebagai pendukung suatu organisasi, maka pandangan
hidup itu disebut ideologi. Jika organisasi itu
organisasi politik, ideologinya disebut ideologi
politik. Jika organisasi itu negara, ideologinya
disebut ideologi negara. Pandangan hidup pada
dasarnya mempunyai unsur-unsur yaitu
cita-cita, kebajikan, usaha, keyakinan/kepercayaan. Keempat unsur
ini merupakan satu rangkaian kesatuan yang tidak terpisahkan. Cita
cita ialah apa yang diinginkan yang mungkin dapat
dicapai dengan usaha atau perjuangan. Tujuan
yang hendak dicapai ialah kebajikan, yaitu
segala hal yang baik yang membuat manusia makmur, bahagia,
damai, tentram. Usaha atau peIjuangan adalah kerja keras yang dilandasi
keyakinan/kepercayaan. Keyakinan/kepercayaan diukur dengan kemampuan
akal, kemampuan jasmani, dan kepercayaan kepada Tuhan.
8.2 CITA-CITA
Menurut kamus umum Bahasa
Indonesia, yang disebut cita-cita adalah
keinginan, harapan, tujuan yang selalu ada
dalam pikiran. Baik keinginan, harapan,
maupun tujuan merupakan apa yang mau
diperoleh seseorang pada masa mendatang.
Dengan demikian cita-cita merupakan pandangan
masa depan, merupakan pandangan hidup yang akan datang. Pada
umumnya cita-cita merupakan semacam garis
linier yang makin lama makin tinggi, dengan
perkataan lain: cita-cita merupakan keinginan,
harapan, dan tujuan manusia yang makin
tinggi tingkatannya.
Apabila cita-cita itu tidak mungkin atau belum
mungkin terpenuhi, maka cita-cita itu disebut
angan-angan. Disini persyaratan dan kemampuan tidak/belum
dipenuhi sehinga usaha untuk mewujudkan cita-cita itu
tidak mungkin dilakukan. Misalnya seorang anak bercita-cita
ingin menjadi dokter, ia belum sekolah, tidak
mungkin berpikir baik, sehingga tidak punya
kemampuan berusaha mencapai cita-cita. Itu baru
dalam taraf angan-angan.
Antara masa sekarang yang merupakan realita
dengan masa yang akan datang sebagai ide atau cita-cita terdapat
jarak waktu. Dapatkah seseorang mencapai apa yang dicita-citakan, hal itu
bergantung dari tiga faktor. Pertama, manusianya yaitu yang
memiliki cita-cita; kedua, kondisi yang dihadapi selama mencapai
apa yang dicita-citakan; dan ketiga, seberapa tinggikah cita-cita
yang hendak dicapai.
Faktor manusia yang mau mencapai
cita-cita ditentukan oleh kualitas manusianya. Ada
orang yag tidak berkemauan, sehingga apa yang dicita-citakan hanya
merupakan khayalan saja. Hal demikian banyak menimpa anak-anak muda yang
memang senang berkhayal, tetapi sulit mencapai apa yang dicita-citakan karena
kurang mengukur dengan kemampuannya sendiri. Sebaliknya dengan anak
yang dengan kemauan keras ingin mencapai apa
yang di cita-citakan, cita-cita merupakan motivasi atau
dorongan dalam menempuh hidup untuk mencapainya. Cara keras dalam mencapai
cita-cita merupakan suatu perjuangan hidup yang bila berhasil
akan menjadikan dirinya puas.
Faktor kondisi yang mempengaruhi tercapainya cita-cita, pada
umumnya dapat disebut yang menguntungkan dan yang menghambat. Faktor yang
menguntungkan merupakan kondisi yang memperlancar tercapainya suatu cita-cita.
Sedangkan faktor yang menghambat merupakan kondisi yang
merintangi tercapainya suatu cita-cita, Misalnya
sebagai bcrikut :
Amir dan Budi adalah dua anak pandai dalam satu kelas, keduanya
bercita-cita menjadi sarjana. Amir anak orang yang cukup kaya,
sehingga dalam mencapai cita-citanya tidak mengalami hambatan. Malahan dapat
dikatakan bahwa kondisi ekonomi orang tuanya merupakan faktor yang
menguntungkan atau memudahkan mencapai cita-cita si Amir.Sebaliknya
dengan Budi yang orang tuanya ekonominya lemah,
menyebabkan ia tidak mampu mencapai cita-citanya. Ekonomi orang tua Budi yang
lemah merupakan hambatan bagi Budi dalam mencapai
cita-citanya.
8.3 KEBAJIKAN
Kebajikan atau kebaikan atau perbuatan yang mendatangkan
kebaikan pada hakekatnya sarna dengan perbuatan moral, perbuatan
yang sesuai dengan norma-norma agama dan etika. Manusia
berbuat baik, karena menurut kodratnya manusia itu
baik, mahluk bermoral. Atas dorongan suara hatinya
manusia cenderung berbuat baik.
Manusia adalah seorang pribadi yang utuh yang terdiri atas
jiwa dan badan. Kedua unsur itu terpisah bila manusia
meninggal. Karena merupakan pribadi, manusia mempunyai
pendapat sendiri, ia mencintai diri sendiri, perasaan
sendiri, cita-cita sendiri dan sebagainya. Justru karena itu,
karena mementingkan diri sendiri, seringkali manusia tidak mengenal
kebajikan.
Manusia merupakan mahluk sosial: manusia hidup
bermasyarakat,manusia saling membutuhkan, saling menolong,saling menghargai
sesama anggota masyarakat. Sebaliknya pula saling mencurigai, saling
membenci, saling merugikan,dan sebagainya.
Manusia sebagai mahluk Tuhan, diciptakan Tuhan dan dapat
berekembang karena Tuhan. Untuk itu manusia dilengkapi kemampuan
jasmani dan rohani juga fasilitas alam sekitarnya
seperti tanah, air, tumbuh-tumbuhan dan sebagainya.
Untuk melihat apa itu kebajikan, kita harus melihat dari tiga
segi, yaitu manusia sebagai mahluk pribadi, manusia
sebagai anggota masyarakat,dan manusia sebagai mahluk Tuhan.
Sebagai mahluk pribadi, manusia dapat menentukan sendiri apa
yang baik dan apa yang buruk.Baikburuk itu ditentukan oleh suara hati.
Suara hati adalah semacam bisikan di dalam hati
yang mendesak seseorang untuk menimbang dan menentukan baik
buruknya suatu perbuatan,tindakan atau tingkah laku. Jadi suara hati dapat
merupakan hakim untuk diri sendiri. Sebab itu, nilai
suara hati amat besar dan penting dalam hidup manusia.
Misalnya orang tahu, bahwa membunuh itu buruk, jahat:
suara hatinya mengatakan demikian, namun manusia
kadang-kadang tak mendengarkan suara hatinya.
Suara hati selalu memilih yang baik, sebab itu ia selalu
mendesak orang untuk berbuat yang baik bagi
dirinya. Oleh karena itu, kalau seseoraang
berbuat sesuatu sesuai dengan bisikan suara hatinya, maka
orang tersebut perbuatannya pasti baik. Jadi berbuat atau bertindak
menurut suara hati, maka tindakan atau perbuatan itu adalah baik.
Sebaliknya perbuatan atau tindakan berlawanan dengan suara
hati kita, maka perbuatan atau tindakan itu buruk. Misalnya, suara hati kita
mengatakan “tolonglah orang yang menderita itu”, dan kita berbuat menolongnya,
maka kita membuat kebajikan. Sebaliknya, apabila hati
kita berkata demikian,namun kita hanya seolah-olah tak
mendengarkan suara hati itu, maka munafiklah kita.
Karena merupakan anggota masyarakat, maka seseorang juga terikat
dengan suara masyarakat. Setiap masyarakat adalah
kumpulan pribadi-pribadi, sehingga setiap suara masyarakat pada
hakekatnya adalah kumpulan suara hati pribadi-pribadi dalam
masyarakat itu. Sebagaimana suara hati tiap pribadi itu pasti
selalu menginginkan yang baik,maka masyarakat yang terdiri atas
pribadi-pribadi itu pun pasti suara hatinya juga menginginkan yang
baik, maka masyarakat yang terdiri atas pribadi-pribadi pasti suara
hatinya juga menginginkan yang baik untuk kehidupan masyarakatnya. Sebab itu
jika benar-benar berdasarkan pada suara hati anggota-anggotanya.
Suara hati masyarakat pada dasarnya adalah baik.
Misalnya, warga disuatu daerah menghendaki kerja bakti dengan mengadakan
pembersihan saluran air di kampung. Bila kita ikut beramai-ramai
kerja bakti, berarti kita mengikuti suara hati
masyarakat, kerja bakti itu. Tetapi bila kita tidak mengikutinya berarti
kita tidak mau mengikuti suara hati masyarakat.
Sesuatu yang baik bagi masyarakat, berarti baik bagi
kepentingan masyarakat. Tetapi dapat saja terjadi, bahwa sesuatu yang
baik bagi kepentingan umum/masyarakat tidak baik bagi salah seorang
atau segelintir orang didalamnya atau sebaliknya. Dengan demikian, seseorang
harus tunduk kepada apa yang baik bagi masyarakat umum.
Contoh : Budi tidak setuju jalan di depan rumahnya diperlebar,
karena harus memotong bagian depan rumahnya. Tetapi masyarakat kampung
mengusulkan dan telah disetujui jalan itu harus diperlcbar demi
keamanan. Akhimya karena desakan seluruh warga, dengan sangat terpaksa
Budi menyetujuinya.
Jadi baik atau buruk itu dilihat menurut suara hati sendiri.
Meskipun demikian harus dinilai dan diukur menurut suara atau pendapat
umum. Disini tidak berarti bahwa pendapat umum atau kepentingan umum itu di
atas segala-galanya, sehingga suara hati, pendapat atau kepentingan
pribadi-pribadi diperkosa begitu saja.
Sebagai mahluk Tuhan, manusia pun harus mendengarkan suara
hati Tuhan. Suara Tuhan selalu membisikkan agar manusia berbuat baik dan
mengelakkan perbuatan yang tidak baik. Jadi,untuk mengukur perbuatan baik
buruk, harus kita dengar pula suara Tuhan atau kehendak Tuhan. Kehendak
Tuhan berbentuk hukum Tuhan atau hukum agama.
Jadi kebajikan itu adalah perbuatan yang selaras dengan
suara hati kita, suara hati masyarakat dan hukum Tuhan. Kebajikan
berarti berkata sopan, santun, berbahasa baik, bertingkah laku
baik, ramah tamah terhadap siapapun, berpakaian sopan agar tidak merangsang
bagi yang melihatnya.
Baik-buruk, kebajikan dan ketidakbijakan
menimbulkan daya kreatifitas bagi seniman. Banyak hasil seni
lahir dari imajinasi kebajikan dan ketidakbajikan.
Namun ada pula kebajikan semua, yaitu kejahatan yang berselubung
kebajikan. kebajikan semu ini sangat berbahaya, karena pelakunya orang-orang
munafik, yang bermaksud meneari keuntungan diri sendiri.
Kebajikan manusia nyata dan dapat dirasakan
dalarn tingkah lakunya. Karena tingkah laku bersurnber pada
pandangan hidup, maka setiap orang memiliki tingkah laku sendin-sendiri,
sehingga tingkah laku setiap orang berbeda-beda.
Faktor-faktor yang menentukan tingkah laku setiap orang ada tiga
hal. Pertama faktor pembawaan (heriditas) yang telah
ditentukan pada waktu seseorang masih dalam kandungan. Pembawaan
merupakan hal yang diturunkan atau dipusakai oleh orang
tua. Tetapi mengapa mereka yang saudara sekandung tidak memiliki
pembawaan yang sarna? Hal itu disebabkan, karena sel-sel
benih yang mengandung faktor-faktor penentu
(determinan) berjumlah sangat banyak: pada saat
konsepsi saling berkombinasi dengan cara bermacam-macam sehingga
menghasilkan anak yang bermacam-macam juga
(prinsip variasi dalam keturunan). Namun mereka yang
bersaudara memperlihatkan kecondongan kearah rata-rata,
yaitu sifat rata-rata yang dimiliki oleh mereka yang saudara
sekandung (prinsip regresi filial). Pada masa konsepsi atau
pembuahan itulah terjadi pembentukan
temperamen seseorang.
Faktor kedua
yang menentukan tingkah laku seseorang adalah Iingkungan
(environ ment).
Lingkungan yang membentuk seseorang
merupakan alam kedua yang terjadinya
setelah seorang anak lahir (masa pembentukan
seseorang waktu masih dalam kandungan merupakan
alam pertama ). Lingkungan membentuk jiwa
seseorang meliputi lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Dalarn lingkungan keluarga orang tua maupun anak
-anak yang lebih tua merupupakan panutan
seseorang, sehingga bila yang dianut sebagai teladan berbuat yang
balk-balk, maka si anak yang tengah membentuk diri pribadinya
akan baik juga. Dalarn lingkungan
sekolah yang menjadi panutan utama
adalah guru, sementara itu ternan-ternan sekolah ikut serta memberikan
andilnya. Dalam lingkungan sekolah tokoh panutan seorang anak
sudah memiliki posisi yang lebih luas
dibandingkan dengan dalarn keluarga.
Pembentukan pri bad i dalarn
sekolah terjadi pada masa anak-anak
at au masa sekolah. Lingkungan ketiga
adalah masyarakat, yang menjadi panutan
bagi seseorang adalah tokoh masyarakat dengan
masa setelah anak-anak menjadi dewasa atau duduk di perguruan
tinggi. Selain tokoh-tokoh dalarn rumah tangga,
sekolah dan masyarakat yang merupakan person,
kepribadian seorang anak juga memperoleh pengaruh dari benda-benda
atau peralatan dalarn lingkungaan tersebut yang merupakan non
person. Karena itu dalarn pembentukan kepribadian pada
umumnya anak-anak kota lebih trampil dibandingkan
dengan anak pedesaan, namun dalam hubungan
bermasyarakat lebih-lebih yang berjenjang anak-anak
dari daerah pedesaan lebih unggul. Faktor ketiga yang menentukan
tingkah laku seseorang adalah pen gala man yang khas yang
pemah diperoleh. Baik pengalaman pahit yang
sifatnya negatif, maupun pengalarnan manis yang
sifatnya positif. Memberikan pada manusia suatu bekal yang selalu dipergunakan
sebagai pertimbangan sebelum seseorang mengarnbil tindakan. Mungkin
sekali bahwa berdasarkan hati nurani seseorang mau
menolong orang dalarn kesusahan, tetapi karena
pemah memperoleh pengalarnan pahit waktu
mau menolong seseorang sebelumnya, maka niat baiknya itu tertahan,
sehingga diurungkan untuk membantu. Belajar hidup dari pengalarnan inilah
yang merupakan pembentukan budaya dalarn diri
seseorang.
Dalarn prakteknya, dari ketiga faktor diatas. yaitu hereditas,
lingkungan, dan pengalarnan. manakah yang paling dominan? Sulit
diberikan jawaban, karena ketiga-tiganya terjalin erat
sekali. Disarnping itu ketiga faktor tersebut dalam
membentuk pribadi seseorang berbeda kekuatannya dengan
pembentukan pada pribadi lain.
8.4 USAHA / PERJUANGAN
Usaha/perjuangan adalah kerja keras untuk mewujudkan
cita-cita. Setiap manusia hams kerja keras untuk
kelanjutan hidupnya, Sebagian hidup manusia adalah
usaha/perjuangan. Perjuangan untuk hidup, dan ini
sudah kodrat manusia. Tanpa
usaha/perjuangan, manusia tidak dapat hidup sempuma. Apabila
manusia bercita-cita menjadi kaya, ia harus kerja keras. Apabila
seseorang bercita-cita menjadi ilmuwan, ia harus rajin belajar dan tekun serta
memenuhi semua ketentuan akademik.
Kerja keras itu dapat dilakukan dengan otak/ilmu maupun dengan
tenaga/jasmani, atau dengan kedua-duanya. Para ilmuwan lebih banyak
bekerja keras dengan otak/ilmunya daripada dengan
jasmaninya. Sebaliknya pam buruh,
petani lebih banyak menggunakan jasamani
daripada otaknya. Para tukang dan pam ahli lebih banyak
menggunakan kedua-duanya otak dan jasmani
daripada salah satunya. Para politisi lebih banyak
kerja otak daripada jasmani. Sebaliknya para prajurit
lebih ban yak kerja jasmani daripada otak.
Kerja keras pada dasamya menghargai dan meningkatkan
harkat dan martabat manusia. Sebaliknya pemalas membuat
manusia itu miskin, melarat, dan berarti
menjatuhkan harkat dan martabatnya sendiri. Karma itu tidak
boleh bermalas-malas, bersantai-santai dalam hidup ini.
Santai dan istirahat ada waktunya dan manusia
mengatur waktunya itu.
Dalam agama pun diperintahkan untuk kerja keras.
Sebagaimana hadist yang diucapkan Nabi Besar Muhammad
S.A.W. yang ditujukan kepada para
pengikutnya:”Bekerjalah kamu seakan-akan kamu
hidup selama-lamanya. dan beribadahlah kamu
seakan-akan kamu akan mati besok. Allah berfirman
dalarn Al-Qur’an surat Ar-Ra’du ayat II :
“sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan
suatu kaum, kecuali jika mereka mengubah
keadaan diri mereka sendiri”. Dari haidst dan firman ini
dapat dinyatakan bahwa manusia perlu kerja keras untuk
mempenbaiki nasibnya sendiri.
Untuk bekerja keras manusia dibatasi oleh
kemampuan. Karena kemampuan terbatas itulah timbul
perbedaan tingkat kernakmuran antara manusia satu dan manusia lainnya.
Kemampuan itu terbatas pada fisik dan
keahlian/ketrampilan. Orang bekerja dengan fisik
lemah memperoleh hasil sedikit, ketrampilan akan memperoleh
penghasilan lebih banyak jika dibandingkan dengan orang yang tidak
mempunyai ketrampilan/keahlian. Karena itu mencari ilmu dan
keahlian/ketrampilan itu suatu keharusan. Sebagaimana
dinyatakan dalam ungkapan sastra: “tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke
liang lahat” dalam pendidikan dikatakan sebagai “long life
education”
Karena manusia itu mempunyai
rasa kebersamaan dan belas kasihan
(cinta kasih) antara sesama manusia. maka ketidakmampuan atau
kemampuan terbatas yang menimbulkan perbedaan tingkat
kemakmuran itu dapat diatasi
bersama-sama secara tolong menolong,
bergotong-royong. Apabila sistem ini diangkat ke
tingkat organisasi negara,maka negara akan mengatur
usaha/peljuangan warga negaranya sedemikian
rupa, sehingga perbedaan tingkat kemakmuran antara
sesama warga negara dapat dihilangkan atau tidak terlalu mencolok.
Keadaan ini dapat dikaji melalui pendangan
hidup/ideologi yang dianut oleh suatu negara.
8.5 KEYAKINAN / KEPERCAYAAN
Keyakinan/kepercayaan yang menjadi dasar pandangan hidup berasal
dari akal atau kekuaasaan Tuhan. Menurut Prof.Dr.Harun Nasution, ada
tiga aliran filsafat,yaitu aliran naturalisme, aliran intelektualisme, dan
aliran gabungan.
(a) Aliran Naturalisme
Hidup manusia itu dihubungkan dengan kekuatan gaib yang
merupakan kekuatan tertinggi. Kekuatan gaib itu dari natur, dan itu dari Tuhan.
Tetapi bagi yang tidak percaya pada Tuhan, natur itulah yang tertinggi. Tuhan
menciptakan alarn semesta lengkap dengan hukum-hukumnya. secara mutlak dikuasai
Tuhan. Manusia sebagai mahluk tidak mampu menguasai alarn ini, karena manusia
itu lemah. Manusia hanya dapat berusaha/berencana tetapi Tuhan yang menentukan
.
Aliran naturalisme berintikan spekulasi, mungkin ada Tuhan mungkin
juga tidak ada Tuhan. Lalu mana yang benar ? Yang benar adalah keyakinan. Jika
kita yakin Tuhan itu ada, maka kita katakan Tuhan ada. Bagi yang tidak yakin,
dikatakan Tuhan tidak ada yang ada hanya natur.
Bagi yang percaya Tuhan, Tuhan itulah kekuasaan tertinggi.
Manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan. Karena itu manusia mengabdi kepada Tuhan
berdasarkan ajaran-ajaranTuhan yaitu agarna. Ajaran agarna itu ada dua macarn
yaitu :
1. Ajaran agarna dogmatis, yang disarnpaikanoleh Tuhan melalui
nabi-nabi. Ajaran agarna yang dogmatis bersifat mutlak (absolut),terdapat dalam
kitab suci Al-Quran dan Hadist. Sifatnya tetap, tidak berubah-ubah.
2.Ajaran agarna dari pemuka-pemukaagarna,yaitu sebagaihasil
pemikiranmanusia, sifatnya relatif(terbatas).Ajaranagarnadari
pemuka-pemukaagarnatermasukkebudayaan,terdapat dalarn buku-buku agarna yang
ditulis oleh pemuka-pemuka agarna. Sifatnya dapat berubah-ubah sesuai dengan
perkembanganjarnan.
Apabila aliran naturalisme ini dihubungkan
dengan pandangan hidup, maka keyakinan manusia itu bennula
dan Tuhan.Jadi, pandangan hidup dilandasi oleh
ajaran-ajaran Tuhan melalui agamanya Manusia yakin
bahwa kebajikan itu diridhoi oleh Tuhan. pandangan
hidup yang dilandasi keyakinan bahwa
Tuhanlah kekuasaan tertinggi, yang
menentukan segala-galanya disebut pandangan hidup
religius (keagamaan).
Sebaliknya, apabila manusia tidak
mengakui adanya Tuhan, natur adalah kekuatan
tertinggi, maka keyakinan itu bermula dan
kekuatan natur. Pandangan hidupnya dilandasi oleh
kekuatan natur. Manusia yakin bahwa
kebajikan adalah kebajikan natur. Pandangan hidup
yang dilandasi oleh kekuatan natur sifatnya
atheisme. Ini disebut pandangan hidup komunis.
(b) Aliran intelektualisme
Dasar aliran ini adalah logika / akal. Manusia
mengutamakan akal. Dengan akal manusia berpikir. Mana
yang benar menu rut akal itulah yang baik,
walaupun bertentangan dengan kekuatan hati
nurani. Manusia yakin bahwa dengan kekuatan pikir (akal)
kebajikan itu dapat dicapai dengan sukses. Dengan akal diciptakan
teknologi. Teknologi adalah a1at bantu mencapai kebajikan
yang maksimal, walaupun mungkin teknologi
memberi akibat yang bertentangan dengan hati nurani.
Akal berasal dan bahasa Arab, artinya
kalbu, yang berpusat di hati, sehingga timbul istilah
“hati nurani”, artinya daya rasa Di Barat hati nurani ini menipis,
justru yang menonjol adalah akal yaitu logika berpikir,
Karena itu aliran ini banyak dianut di kalangan
Barat di Timur orang mengutamakan hati
nurani,yang baik menurut akal belurn tentu baik
menurut hati nurani.
Apabila aliran ini dihubungkan dengan
pandangan hidup, maka keyakinan manusia ito bennula dan
akal. Jadi pandangan hidup ini dilandasi oleh keyakinan kebenaran yang
diterima akal. Benar menurut akal itulah yang
baik. Manusia yakin bahwa kebajikan hanya dapat
diperoleh dengan akal (ilmu dan teknologi). Pandangan hidup ini disebut
llberalisme.Kebebasan akal menimbulkan kebebasan
bertingkah laku dan berbuat, walaupun
tingkah laku dan perbuatan itu bertentangan
dengan hati nurani. Kebebasan akallebih ditekankan pada setiap
individu. karena itu individu yang berakal (berilmu dan
berteknologi tinggi) dapat menguasai individu yang
berpikir rendah (bodoh).
(c) Aliran Gabungan
Dasar aliran ini ialah kekuatan gaib dan juga akal. kekuatan
gaib aninya kelruatan yang berasal dan Tuhan,
percaya adanya Tuhan sebagai dasar keyakinan. Sedangkan
aka! adalah dasar kebudayaan, yang menentukan benar
tidaknya sesuato. Segala sesuatu dinilai dengan
akal, baik sebagai logika berpikir maupun
sebagai rasa (hati nurani). Jadi, apa yang benac
menurut logika berpikir juga dapat diterima oleh hati nurani.
Apabila aliran ini dihubungkan dengan pandangan hidup,
maka akan timbul dua kemungkinan pandangan hidup. Apabila keyakinan lebih
berat didasarlcan pada logika berpildr, sedangkan hati nurani
dinomor duakan, kekuatan gaib dari Tuhan diakui adanya
tetapi tidak menentukan, dan logika berpikir tidak ditekankan pada logika
berpikir individu, melainkan logika berpikir kolektif (masyarakat),
pandangan hidup ini disebut sosialisme.
Apabila dasar keyakinan itu kekuatan gaib dari Tuhan dan akal,
kedua-duanya mendasari keyakinan secara berimbang, akal dalam arti baik sebagai
logika berpikir maupun sebagai daya rasa (hati nurani), logika berpikir baik
secara individual maupun secara kolektif pandangan hidup ini disebut sosialime
– religius. Kebajikan yang dikehendaki adalah kebajikan menurut logika
berpikir dan dapat diterima oleh hati nurani, semuanya itu berkat karunia
Tuhan.
Apabila kita kaji maka antara dua pandangan hidup ini terdapat
perbedaan pokok. Pandangan hidup sosialisme menekankan pada logika
berpikir kolektif, sedangkan pandangan hidup sosialisme religius
menenkankan pada logika berpikir kolektif individual.Pandangan hidup sosialisme
mengutamakan logika berpikir dari pada hati nurani, sedangkan sosialisme
religius mengutamakan kedua-duanya logika berpikir dan hati nurani. Pandangan
hidup sosialisme tidak begitu menghiraukan kekuasaan Tuhan, sebaliknya
sosialisme religius kekuasaan Tuhan begitu menentukan.
8.6 LANGKAH-LANGKAH BERPANDANGAN HIDUP YANG
BAlK
Manusia pasti mempunyai pandangan hidup walau bagaimanapun
bentuknya. Bagaimana kita memeperlakukan pandangan hidup itu tergantung pada
orang yang bersangkutan. Ada yang memperlakukan pandangan hidup itu sebagai
sarana mencapai tujuan dan ada pula yang memperlakukaan sebagai penimbul
kesejahteraan, ketentraman dan sebagainya.
Akan tetapi yang terpenting, kita seharusnya rnernpunyai
langkah-langkah berpandangan hidup ini. Karena hanya dengan rnernpunyai
langkah-langkah itulah kita dapat memperlakukan pandangan
hidup sebagai sarana mcncapai tujuan dan cita-cita
dengan baik. Adapun langkah-langkah itu sebagai berikut :
(1) Mengenal
Mengenal merupakan suatu kodrat bagi rnanusia yaitu
rnerupakan tahap pertarna dari setiap aktivitas hidupnya yang dalam jal
ini rnengenal apa itu pandangan hidup. Tentunya kita yakin dan sadar
bahwa sctiap manusia itu pasti rnernpunyai pandangan hidup, maka kita dapat
memastikan bahwa pandangan hidup itu ada sejak rnanusia itu ada, dan bahkan
hidup itu ada sebelum manusia itu bel urn turun ke dunia. Adam dan hawalah
dalam hal ini yang merupakan manusia pertama, dan berarti pula mereka
rnernpunyai pandangan hidup yang digunakan sebagai pedoman dan yang
rnernberi petunjuk kepada mereka.
Sedangkan kita sebagai mahluk yang bernegara dan atau beragama
pasti mempunyai pandangan hidup juga dalam beragama, khususnya Islam,
kita rnernpunyai pandangan hidup yaitu AI-Qur’an, Hadist dan ijmak Ulama,
yang rnerupakan satu kesatuan dan lidak dapat dipisah-pisahkan satu sama
lainnya.
(2) Mengerti
Tahap kedua untuk berpandangan hidup yang baik adalah mengerti.
Mengerti disini dimaksudkan mengerti terhadap pandangan hidup itu
sendiri. Bila dalam bernegara kita berpandangan pada Pancasila, maka
dalam berpandangan hidup pada Pancasila kita hendaknya mengerti apa Pancasila
dan bagaimana mengatur kehidupan bernegara.
Begitu juga bagai yang berpandangan hidup pada agama
Islam. Hendaknya kita mengerti apa itu Al-Qur’an, Hadist dan ijmak
itu dan bagaimana ketiganya itu mengatur kehidupan baik di
dunia maupun di akherat Selain itu juga kita mengerti untuk apa dan dari mana
Al Qur’an, hadist, dan ijmak itu. Sehingga dengan demikian
mempunyai suatu konsep pengertian tentang pandangan hidup
dalam Agama Islam.
Mengerti terhadap pandangan hidup di sini memegang
peranan penting. Karena dengan mengerti, ada kecenderungan
mengikuti apa yang terdapat dalam pandangan hidup
itu.
(3) Menghayati
Langkah selanjutnya setelah mengerti pandangan
hidup adalah menghayati pandangan hidup itu. Dengan menghayati
pandangan hidup kita memperoleh gambaran yang tepat dan
benar mengenai kebenaran pandangan hdiup itu sendiri.
Menghayati disini dapat diibaratkan menghayati nilai-nilai yang
terkandung didalanmya, yaitu dengan memperluas dan memperdalam pengetahuan
mengenai pandangan hidup itu sendiri. Langkah-langkah
yang dapat ditempuh dalam rangka menghayati
ini, menganalisa hal-hal yang berhubungan dengan
pandangan hidup, bertanya kepada orang yang
dianggap lebih tabu dan lebih berpengalaman mengenai isi pandangan hidup itu
atau mengenai pandangan hidup itu sendiri. Jadi dengan menghayati
pandangan hid up kita akan memperoleh mengenai kebenaran
tentang pandangan hidup itu sendiri.
Yang perIu diingat dalam langkah
mengerti dan menghayati pandangan hidup
itu, yaitu harus ada. Sikap penerimaan terhadap
pandangan hidup itu sendiri. Dalam sikap penerimaan pandangan
hidup ini ada dua altematif yaitu
penerimaan secara ikhlas dan penerimaaan
secara tidak ikhlas.
Dengan kata lain langkah mengenai mengerti dan menghayati
ini ada sikap penerimaan dan hal lain merupakan langkah yang
menentukan terhadap langkah selanjutnya. Bila dalarn
mengerti dan menghayati ini ada penerimaan secara ikhlas,maka langkah selanjutnya
akan memperkuat keyakinannya. Akan tetapi bila
sebaliknya langkah selanjutnya tidak berguna.
(4) Meyakini
Setelah mengetahui kebenaran dan validitas, baik secara
kemanusiaan, maupun ditinjau dan segi kemasyarakatan
maupun negara dan dari kehidupan di
akherat, maka hendaknya kita meyakini pandangan
hidup yang telah kita hayati itu. Meyakini ini merupakan
suatu hal untuk cenderung memperoleh suatu kepastian sehingga dapat
mencapai suatu tujuan hidupnya.
Dengan meyakini berarti
secara langsung ada penerimaan yang
ikhlas terhadap pandangan hidup itu.
Adanya sikap menerima secara ikhlas ini
maka ada kecenderungan untuk selalu berpedoman kepadanya dalam
segala tingkah laku dan tindak tanduknya selalu dipengaruhi oleh pandangan
hidup yang diyakininya. Dalam meyakini ini penting juga adanya iman
yang teguh. Sebab dengan iman yang teguh ini dia tak akan terpengaruh oleh
pengaruh dari luar dirinya yang menyebabkan dirinya tersugesti.
Contoh bahwa keyakinan itu penting dalam tingkah laku. Kita
sebagai umat yang beragama Islam yakin bahwa Allah itu mempunyai sifat yang
malla dari segala yang diantaranya adalah maha mengetahui. Sifat maha
mengetahui ini membuat orang yang meyakininya selalu berbuat baik, Dalam
hal ini adalah keyakinan yang sebenar-benamya. Akan tetapi dalam kasus tertentu
ada pula orang yang walaupun meyakini, tetapi karena imannya tipis maka
terpaksa melanggar ketentuannya.
(5.) Mengabdi
Pengabdian merupakan sesuatu hal yang penting dalam menghayati
dan meyakini sesuatu yang telah dibenarkan dan diterima baik oleh dirinya
lebih-lebih oleh orang lain. Dengan mengabdi maka kita akan merasakan
manfaatnya Sedangkan perwujudan manfaat mengabdi ini dapat dirasakan oleh
pribadi kita sendiri. Dan manfaat itu sendiri bisa terwujud di masa masih hidup
dan atau sesudah meninggal yaitu di alam akherat.
Dampak berpandangan hidup Islam yang antara lain yaitu
mengabdi kepada orang tua (kedua orang tua). Dalam mengabdi kepada orang tua
bila didasari oelh pandangan hidup Islam maka akan cenderung untuk selalu
disertai dengan ketaatan dalam mengikuti segala perintahnya.
Setidak-tidaknya kita menyadari bahwa kita sudah selayaknya mengabdi
kepada orang tua. Karena kita dahulu yaitu dari bayi sampai dapat berdiri
sendiri tokh diasuhnya dan juga kita dididik kepada hal yang baik.
Oleh karena itu seharusnya mengabdi kepada orang tua kita
dengan perwujudannya yang berupa perbuatan yang menyenangkan hatinya, baik
secara langsung maupun secara tidak langsung. Artinya apapun yang menjadi
hambatan dan tantangan kita untuk tidak mengabdi kepadanya harus selalu
ditumbangkan.
Jadi jika kita sudah mengenal, mengerti, menghayati, dan
meyakini pandangan hidup ini, maka selayaknya disertai dengan pengabdian.
Dan pengabdian ini hendaknya dijadikan pakaian, baik dalam waktu tentram
Iebih-lebih bila menghadapi hambatan, tantangan dan sebagainya.
(6) Mengamankan
Mungkin sudah merupakan sifat manusia bahwa bila sudah
mengabdikan diri pada suatu pandangan hidup lalu ada orang lain yang
mengganggu dan atau mayalahkannya tentu dia tidak menerima dan
bahkan cenderung untuk mengadakan perlawanan. Hal ini karena kemungkinan
merasakan bahwa dalam berpandangan hidup itu dia
telah mengikuti langkah-langkah sebelumnya dan langkah-langkah yang
ditempuhnya itu telah dibuktikan kebenarannya sehingga akibatnya bila ada orang
lain yang mengganggunya rnaka dia pasti akan mengadakan suatu respon entah
respon itu berwujud tindakan atau lainnya.
Proses mengamankan ini merupakan langkah terakhir.Tidak
mungkin atau sedikit kemungkinan bila belum mendalami langkah
sebelumnya lalu akan ada proses mengamankan ini. Langkah yang
terakhir ini merupakan langkah terberat dan benar-benar
membutuhkan iman yang teguh dan kebenaran dalam menanggulangi segala sesuatu
demi tegaknya pandangan hidup itu.
Misalnya seorang yang beragama Islam dan berpegang teguh
kepada pandangan hidupnya,lalu suatu ketika dia dicela baik
secara langsung ataupun secara tidak langsung, maka
jelas dia tidak menerima celaan itu. Bahkan
bila ada orang yang ingin merusak atau bahkan
ingin memusnahkan agama Islam baik
terang-terangan ataupun secara diam-diam, sudah
tentu dan sudah selayaknya kita mengadakan
tindakan terhadap segala sesuatu yang menjadi
pengganggu.
BAB 9
MANUSIA DAN TANGGUNG JAWAB
Dalam konteks sosial manusia merupakan makhluk sosial. Ia tidak
dapat hidup sendirian dengan perangkat nilai-nilai selera sendiri. Nilai-nilai
yang diperankan seseorang dalam jalinan sosial harus dipertanggungjawabkan
sehingga tidak mengganggu konsensus nilai yang telah disetujui bersama.
Tanggung jawab erat kaitannya dengan kewajiban. Kewajiban adalah
sesuatu yang dibebankan terhadap seseorang, kewajiban merupakan tandingan
terhadap hak, dan dapat juga tidak mengacu kepada hak, maka tanggung jawab
dalam hal ini adalah tanggung jawab terhadap kewajibannya.
Kewajiban dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Kewajiban terbatas
b) Kewajiban tidak terbatas
9.1 PENGERTIAN TANGGUNG JAWAB
Tanggung jawab adalah sifat terpuji yang mendasar dalam diri
manusia. Selaras dengan fitrah. Tapi bisa juga tergeser oleh faktor eksternal.
Setiap individu memiliki sifat ini. Ia akan semakin membaik bila kepribadian
orang tersebut semakin meningkat. Ia akan selalu ada dalam diri manusia karena
pada dasarnya setiap insan tidak bisa melepaskan diri dari kehidupan sekitar
yang menunutut kepedulian dan tanggung jawab. Inilah yang menyebabkan frekwensi
tanggung jawab masing-masing individu berbeda.
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di sengaja.tanggung jawab juga
berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban.
Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah, keadaan
wajib menanggung segala sesuatunya.Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan
tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak di sengaja.
Tangung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan
kewajibannya.
Manusia yang bertanggung jawab adalah manusia yang berani
menghadapi masalahnya sendiri.
9.2 MACAM MACAM TANGGUNG JAWAB
Ada beberapa jenis tanggung jawab, yaitu :
1. Tanggung Jawab
Terhadap Diri Sendiri
Tanggung jawab terhadap diri sendiri, menuntut kesadaran setiap
orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian
sebagai manusia pribadi. Dengan demikian bisa memecahkan masalah-masalah
mengenai dirinya sendiri. Menurut sifat dasarnya, manusia adalah makhluk
bermoral, tetapi manusia juga seorang pribadi, karena itu manusia mempunyai
pendapat sendiri, perasaan sendiri, dan angan-angan sendiri.
2. Tanggung Jawab
Terhadap Keluarga
Keluarga merupakan masyarakat kecil. Tiap anggota keluarga wajib
bertanggungjawab pada keluarganya. Tanggung jawab ini tidak hanya menyangkut
nama baik keluarga, tetapi tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan,
keselamatan, pendidikan, dan kehidupan.
3. Tanggung Jawab
Terhadap Masyarakat
Pada hakekatnya, manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan manusia
lain, sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk sosial. Karena membutuhkan
manusia lain, maka ia harus berkomunikasi dengan manusia lain tersebut.
Sehingga dengan demikian, manusia disini merupakan anggota masyarakat yang
tentunya mempunyai tanggung jawab, agar dapat melangsungkan hidupnya di dalam
masyarakat tersebut.
4. Tanggung Jawab Kepada
Bangsa / Negara
Setiap manusia atau individu adalah warga negara suatu negara.
Dalam berpikir dan bertindak, manusia terikat oleh norma-norma dan aturan.
Manusia tidak dapat berbuat semaunya sendiri. Jika perbuatannya salah, dan
melanggar aturan dan norma tersebut, maka manusia itu harus bertanggung jawab
kepada bangsa atau negaranya.
5. Tanggung Jawab
terhadap Tuhan
Penciptaan manusia dilandasi oleh sebuah tujuan luhur. Maka, tentu
saja keberadaannya disertai dengan berbagai tanggungjawab. Konsekuensi
kepasrahan manusia kepada Allah Swt, dibuktikan dengan menerima seluruh
tanggungjawab (akuntabilitas) yang datang dari-Nya serta melangkah sesuai
dengan aturan-Nya.
Berbagai tanggungjawab ini, membentuk suatu relasi tanggungjawab
yang terjadi antara Tuhan, manusia dan alam. Hal tersebut meliputi antara lain:
tanggungjawab manusia terhadap Tuhan, tanggungjawab manusia terhadap
sesama,tanggungjawab manusia terhadap alam semesta serta tanggungjawab manusia
tehadap dirinya sendiri. Tanggungjawab manusia terhadap Tuhan meliputi dua
aspek pokok. Pertama, mengenal Tuhan. Kedua, menyembah dan beribadah
kepada-Nya.
9.3 PENGABDIAN DAN PENGORBANAN
Wujud tanggungjawab juga berupa pengabdian dan pengorbanan.
Pengabdian dan pegorbanan adalah perbuatan baik untuk kepentingan manusia itu
sendiri. Pengabdian adalah perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat ataupun
tenaga sebagai perwujudan kesetiaan, cinta kasih sayang, norma, atau satu
ikatan dari semua itu dilakukan dengan ikhlas. Pengabdian itu pada hakekatnya
adalah rasa tanggungjaab. Apabila orang bekerja keras sehari penuh untuk
mencapai kebutuhan, hal itu berarti mengabdi keapada keluarga. Manusia tidak
ada dengan sendirinya, tetapi merupakan mahluk ciptaan Tuhan. Sebagai ciptaan
Tuhan manusia wajib mengabdi kepada Tuhan. Pengabdian berarti penyerahan diri
sepenuhnya kepada uhan, dan merupakan perwujudan tanggungjawab kepad Tuhan.
Pengorbanan berasal dari kata korban atau kurban yang berarti
persembahan, sehingga pengorbanan berarati pemberian untuk menyatakan
kebaktian. Dengan demikian pengorbanan yang bersifat kebaktian itu mengandung
keikhalasan yangtidak menganadung pamrih. Suatu pemberian yang didasarkan atas
kesadaran moral yang tulus ikhlas semata-mata.
Perbedaan antara pengabdian dan pengorbanan tidak begitu jelas.
Karena adanya pengabdian tentu ada pengorbanan. Antara sesame kawan sulit
dikatakan pengabdian karena kata pengabdian mengandung arti lebih rendah
tingkatannya, tetapi untuk kata pengorbanan dapat juga diterapkan kepaa sesame
teman..
Pengorbanan merupakan akibat dari pengabdian. Pengorbanan dapat
berupa harta benda, pikiran dan perasaan, bahkan dapat juga berupa jiwanya.
Pengorbanan diserahkan secara ikhlas tanpa pamrih, tanpa ada perjanjian, tanpa
ada transaksi, kapan saja diperlukan. Pengabdian lebih banyak menunjuk pada
perbuatan sedangkan pengorbanan lebih banyak menunjuk pada pemberian sesuatu
misalnya berupa pikiran, perasaan, tenaga, biaya. Dalam pengabdian selalu
dituntut pengorbanan, tetapi pengorbanan belum tentu menuntut pengabdian.
BAB 10
MANUSIA DAN KEGELISAHAN
10.1 PENGERTIAN KEGELISAHAN
Kegelisahan berasal dari kata gelisah yang beraru tidak tenteram
hatinya selalu merasa khawatir , tidak tenang, tidak sabar, cemas. Sehingga
kegelisahan merupakan hal yang menggambarkan seseorang tidak tentram hari
maupun perbuatannya, merasa khawatir, tidak tenang dalam tingkah lakunya tidak
sabar ataupun dalam kecemasan.
Kegelisahan hanya dapat diketahui dari gejala tingkah laku atau
gerak gerik seseorang dalam situasi tertentu gejala tingkah laku atau gerak
gerik tersebut muknya lain dari bisasanya mialnya berjalan mondar mandir dalam
ruangan tertentu sambil menundukkannya kepadalnya memandang jauh kedepan sambil
mengepalkan tangannya duduk termenung sambil memegang kepalanya duduk dengan
wajah murung atau sayu, malas bicara dan lain lain
Kegelisahan merupakan salah satu ekspresi dari kecemasan karena
itu dalam kehidupn sehari hari, kegelisahan juga diartikan sebagai kecemasan
kekhawatiran ataupunk ketakutan definisi dapat disebutkan, bahwa seseorang
mengalami frustasi karena hal yang didingainkannya tidak tercapai.
Tiga Macam Kecemasan Yang Menimpa Manusia
Sigmeund freud ahli psikoanalisa berpendapat bawa ada tiga macam
kecemasan yang menimpa mansusia yaitu kecemasan kenyataan (objektid) kecemasan
neurotic dan kecemasan moril.
§ KecemasaanObjektif
Kecemasan tentang kenyataaan adalah suatu pengalaman perasaan sebagai akibat pengamatan atau suatu bahaya dalam dunia luar bahaya adalah sikap keadaan dalam lingkungan seseorang yang mengancam untuk mencelaka-kannya pengalaman bahaya mewarisi kecenderungannya untuk menjadi takut kalau berada dekat benda benda tertentu atau keadaan tertentu di lingkungannya.
Sebagai contoh, jika seorang wanita yang pernah trauma dengan kecoa, maka dia akan cenderung takut jika melihat kecoa. Namun ada orang dengan reaksi membalik. Karena ia mendendam maja ua berusaha selalu untuk ganti berbuat kejam sebagi pelampiasannya. Misalnya seperti ayng ada di Film Forbidden Party, a.k.a Invitation only.
Kecemasan tentang kenyataaan adalah suatu pengalaman perasaan sebagai akibat pengamatan atau suatu bahaya dalam dunia luar bahaya adalah sikap keadaan dalam lingkungan seseorang yang mengancam untuk mencelaka-kannya pengalaman bahaya mewarisi kecenderungannya untuk menjadi takut kalau berada dekat benda benda tertentu atau keadaan tertentu di lingkungannya.
Sebagai contoh, jika seorang wanita yang pernah trauma dengan kecoa, maka dia akan cenderung takut jika melihat kecoa. Namun ada orang dengan reaksi membalik. Karena ia mendendam maja ua berusaha selalu untuk ganti berbuat kejam sebagi pelampiasannya. Misalnya seperti ayng ada di Film Forbidden Party, a.k.a Invitation only.
§ KecemasanNerotis(Syaraf)
Kecemasan ini timbul karena pengamatan tentang bahaya yang naluriah. menurut Sugmund Freud kecemasan ini dibagi menjadi tiga macam.
Kecemasan yang timbul karena penyesuaian diri dengan lingkungan kecemasan timbul karena orang itu takut akan bayangannya sendiri atau takut akan id nya sendiri, sehingga menekan dan menguasai ego. Kecemasan semacam ini menjadi sifat dari seorang yang gelusan , yang selalu mengira bahwa sesuatu yang hebat terjadi.
Kecemasan ini timbul karena pengamatan tentang bahaya yang naluriah. menurut Sugmund Freud kecemasan ini dibagi menjadi tiga macam.
Kecemasan yang timbul karena penyesuaian diri dengan lingkungan kecemasan timbul karena orang itu takut akan bayangannya sendiri atau takut akan id nya sendiri, sehingga menekan dan menguasai ego. Kecemasan semacam ini menjadi sifat dari seorang yang gelusan , yang selalu mengira bahwa sesuatu yang hebat terjadi.
§ KecemasaanMoril
Kecemasan moril sidebabkan karena pribadi seseorang. Tiap pribadi memiliki bermacam macam emosi antara lain: iri, benci dendam dengki dan marah gelisah cinta dan rasa kurnag percayadiri.
Kecemasan moril sidebabkan karena pribadi seseorang. Tiap pribadi memiliki bermacam macam emosi antara lain: iri, benci dendam dengki dan marah gelisah cinta dan rasa kurnag percayadiri.
Misalnya seseorang yang merasa dirinya kurang canntik maka dalam
pergaulannya ia terbatas kalau tidak tersisihkan sementara itu ia pun tidak
berprestasi dalam berbagai kegiatan segingga kawan kawannya lebih diniliai
sebagai lawan. Ketidakmampuannya menimbulakan kecemasan moril
10.2 SEBAB-SEBAB ORANG GELISAH
§ Gelisah terhadap dosa-dosa dan pelanggaran ( yang telah dilakukan
)
§ Gelisah terhadap hasil kerja ( tidak memenuhi kepuasan
spiritual)
§ Takut akan kehilangan milik ( harta dan jabatan )
§ Takut menghadapi keadaan masa depan ( yang tidak disukai )
10.3 USAHA-USAHA MENGATASI KEGELISAHAN
Usaha-usaha yang dapat kita lakukan untuk mengatasi kegelisahan
ini peratama-tama harus mulai dari diri kita sendiri terlebih dahulu, yaitu
kita harus bersikap tenang. Dengan sikap tenang kita dapat berpikir tenang,
sehingga kesulitan dapat kita atasi. Sedangkan cara yang paling ampuh untuk
mengatasi kegelisahan adalah dengan berserah diri kepada Tuhan.
10.4 KETERASINGAN
Keterasingan berasal dari kata terasing, dan kata itu dalah dari
kata dasar terasing. Kata asing berarti sendiri, tidak dikenal orang, sehingga
kata terasing berarti, tersisihkan dari pergaulan, terpisahkan dari yang lain
atau terpencil. Jadi kata keterasingan berarti hal-hal yang berkenaan dengan
tersisihkan dari pergaulan, terpencil atau terpisah dari yang lain. Penyebab
orang berada dalam posisi terasingkan adalah perilakunya yang tidak dapat
diterima atau tidak dapat dibenarkan oleh masyarakat atau kekurangan yang ada
pada diri seseorang , sehingga ia dapat atau sulit menyesuaikan diridalam
masyarakat.
10.5 KESEPIAN
Kesepian berasal dari kata sepi yang berarti sunyi atau lengang,
sehingga kata kesepian berarti merasa sunyi atau lengang, tidak berteman.
Setiap orang pernah mengalami kesepian. Karena kesepian bagian hidup manusia,
lama rasa sepi itu bergantung kepada mental orang dan kasus penyebabnya.
Penyebab Kesepian
Menurut Middlebrook (1980), ada dua faktor penyebab dari kesepian,
yaitu :
1. Faktor Psikologis
1. Existential Loneliness
Kesepian ini disebabkan oleh kenyataan adanya keterbatasan
keberadaan manusia yang disebabkan oleh terpisahnya seseorang dengan
orang-orang lain, sehingga tidaklah mungkin baginya untuk berbagi perasaan dan
pengalamannya dengan orang lain.
2. Pengalaman traumatis hilangnya orang-orang terdekat
Hilangnya seseorang yang sangat dekat dengan individu secara
tiba-tiba tanpa bisa dihindari seringkali dianggap sebagai penyebab kesepian.
3. Kurangnya dukungan dari orang lain
Kesepian dialami oleh mereka yang merasa tidak sesuai dengan
lingkungannya. Mereka yang mengalami kesepian manganggap diri mereka sebagai
orang yang diremehkan dan ditolak lingkungannya.
4. Adanya masalah krisis dalam diri seseorang dan kegagalan
Bila seseorang merasa harga dirinya terganggu, ia akan
menghilangkan semangatnya dan merasa kosong serta menghindar untuk mengadakan
hubungan dengan lingkungannya.
5. Kurangnya rasa percaya diri
Meskipun individu dapar melakukan hubungan sosial dengan baik,
namun ia merasa bahwa lingkungan disekitarnya kurang melibatkannya, sehingga
menyebabkan individu merasa kesepian, ia hanya dapat berhubungan sosial secara
formalitas saja.
6. Kepribadian yang tidak sesuai dengan lingkungan
Orang-orang yang menjengkelkan, seperti pemarah, terlalu patuh dan
tidak mempunyai kemampuan bersosialisasi akan dihindari dari lingkungannya,
sehingga mereka merasa kesepian.
7. Ketakutan untuk menanggung resiko sosial
Individu ini takut terlalu dekat dengan orang lain, bercerita
banyak, sehingga mereka yang kesepian akan melihat kedekatan sosial sebagai
sesuatu yang berbahaya dan penuh resiko.
2. Faktor Sosiologis
1. Takut dikenal orang lain
Individu merasa takut dikenal oleh orang lain, sehingga hal
tersebut menghilangkan kesempatannya untuk berhubungan dekat dengan orang lain.
2. Nilai-nilai yang berlaku pada lingkungan sosial
Nilai-nilai yang dianut masyarakat seperti privacy,
kesuksesan dapat menyebabkan seseorang merasa kesepian karena ia merasa terikat
oleh nilai-nilai tersebut.
3. Kehidupan di rumah
Rutinitas di rumah seperti adanya jam makan, keributan di rumah
dan kebiasan lainnya juga akan menyebabkan seseorang merasa kesepian karena
kejenuhan.
4. Perubahan pola-pola dalam keluarga
Kehadiran orang lain dalam keluarga akan menyebabkan terganggunya
hubungan dengan anggota keluarga lain.
5. Pindah tempat
Seringnya pindah dari satu tempat ke tempat yang lain menyebabkan
seseorang tidak dapat menjalin hubungan yang akrab dengan orang lain.
6. Terlalu besarnya suatu organisasi
Terlalu banyak orang di sekeliling individu akan menambah perasaan
terisolasi. Hal ini akan membuat individu sulit untuk mengenal satu sama lain.
7. Desain arsitektur bangunan
Bentuk bangunan yang canggih juga berpengaruh terhadap interaksi
sosial. Hal ini mengingat bangunan-bangunan dapat menyebabkan masyarakat
menjadi individualistis di mana interaksi sosial menjadi terbatas.
Sadler (dalam Kirana, 2005) menambahkan bahwa kesepian dapat
disebabkan karena lima hal, yaitu :
1. Interpersonal Problems
Hal ini disebabkan karena subjek kehilangan orang-orang
terdekatnya atau memutuskan hubungan dengan orang lain (berpisah atau
bercerai).
2. Social Shock
Masalah-masalah sosial seringkali membawa dampak negatif, terutama
pada masyarakat perkotaan (urban society) seperti pengangguran.
3. Culture Shock
Setiap kebutuhan memiliki ciri-ciri khas masing-masing. Ketika
individu pindah ke tempat baru maka perbedaan budaya antara tempat asal dan
tempat individu sekarang dapat menimbulkan masalah-masalah lain, tidak
terkecuali kesepian.
4. Cosmic Problems
Hal ini berkaitan dengan eksistensial manusia atas apa yang
sesungguhnya diinginkan dari kehidupan yang dijalaninya.
5. Psychological Problems
Masalah-masalah psikologis merupakan sebab potensial yang dapat
menimbulkan kesepian, terutama bila individu yang bersangkutan tidak mampu
menyelesaikan masalah terus-menerus larut dalam kesedihan.
10.6 KETIDAK PASTIAN
Ketidakpastian adalah sebutan yang digunakan dengan berbagai
cara di sejumlah bidang, termasuk filosofi, fisika, statistika, ekonomika, keuangan, asuransi, psikologi, sosiologi, teknik, dan ilmu pengetahuan
informasi. Ketidakpastian berlaku pada perkiraan masa depan hingga pengukuran fisik yang
sudah ada atau yang belum diketahui.
Contohnya, jika Anda tidak tahu apakah besok hujan, maka Anda
mengalami ketidakpastian. Bila Anda menerapkan kemungkinan ini pada hasil
memungkinkan yang menggunakan perkiraan cuaca atau penilaian
kemungkinan terkalibrasi, Anda telah memperkirakan ketidakpastian.
Penyebab Ketidak pastian
penyebab ketidak pastian adalah tidak ada yang sama di dunia ini,
dan juga kemampuan manusia yang terbatas untuk memastikan sesuatu hal yang ada,
serta kekuasaan tiada batas yang dimiliki Allah SWT, dimana setiap manusia
tidak akan mengetahui kehendak-Nya.
10.7 USAHA-USAHA MENGHADAPI KETIDAK PASTIAN
Usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi ketidakpastian yakni
bersiap-siap terlebih dahulu, merencanakan segala sesuatunya dengan matang, dan
juga berdo’a agar apa yang diinginkan tercapai.
BAB 11
MANUSIA DAN HARAPAN
11.1 PENGERTIAN HARAPAN
Harapan berasal dari kata harap yang berarti keinginan supaya
sesuatu terjadi, sehingga harapan dapat diartikan sesuatu yang diinginkan dapat
terjadi. Yang dapat disimpulkan harapan itu menyangkut permasalahan masa depan.
Setiap manusia mempunyai harapan. Manusia yang tanpa harapan,
berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun
mempunyai harapan, biasanya berupa pesan pesan kepada ahli warisnya.
Harapan tersebut tergantung pada pengetahuan, pengalaman,
lingkungan hidup dan kemampuan masing – masing. Misalnya, Budi hanya mampu
membeli sepeda, biasanya tidak mempunyai harapan untuk membeli mobil. Seorang
yang mempunyai harapan yang berlebihan terkadang akan berakibat menjadi
tertawaan orang banyak seperti pribahasa “Si pungguk merindukan bulan”,
walaupun tidak ada yang tidak mungkin didunia ini bila Tuhan berkehandak.
Harapan harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri,
maupun kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Agar harapan dapat terwujud,
maka diperlukan usaha dengan sungguh – sungguh, berdoa dan pada akhirnya
bertawakal agar harapan itu dapat terwujud.
11.2 APA SEBAB MANUSIA MEMILIKI HARAPAN
Menurut kodratnya manusia itu adalah mahluk sosial. Setiap lahir
ke dunia langsung disambut dalam suatu interaksi hidup, yakni ditengah suatu
keluarga atau sebagai anggota masyarakat. Tidak ada satu manusiapun yang luput
dari interaksi hidup. Ditengah – tengah yang lainnya, seseorang dapat hidup dan
berkembang baik fisik / jasmani maupun mental / spiritualnya.
Ada dua hal yang mendorong orang hidup berinteraksi dengan manusia
lain, yakni dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup.
1. Dorongan kodrat, ialah sifat, keadaan atau pembawaan alamiah yang
sudah terjelma dalam diri manusia sejak manusia itu diciptakan oleh Tuhan.
Misalnya menangis, bergembira, berpikir, berjalan, berkata, mempunyai keturunan
dan sebagainya. Setiap manusia mempunyai kemampuan untuk itu semua.
2. Dorongan kebutuhan hidup, sudah kodratnya bahwa manusia mempunyai
bermacam – macam kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup itu pada garis besarnya dapat
dibedakan atas kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani.
Menurut Abraham Maslow sesuai dengan kodratnya harapan manusia
atau kebutuhan manusia itu ialah :
a) Kelangsungan hidup (survival)
b) Keamanan (safety)
c) Hak dan kewajiban mencintai dan
dicintai (be loving and love)
d) Diakui linkungan (status)
e) Perwujudan cita – cita (self
actualization)
11.3 PENGERTIAN DOA
Menurut bahasa do'a berasal dari kata "da'a" artinya
memanggil. Sedangkan menurut istilah syara' do'a berarti "Memohon sesuatu
yang bermanfaat dan memohon terbebas atau tercegah dari sesuatu yang
memudharatkan.
Adapun lafadz do'a yang ada dalam al Qur'an bisa bermakna sebagai
berikut:
1. Ibadah, seperti firman Allah: Dan janganlah kamu menyembah
apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak memberi madharat kepadamu selain
Allah, sebab jika kamu berbuat demikian make, kamu termasuk orang-orang yang
zhalim. (Yunus: 106).
2. Perkataan atau Keluhan. Seperti pada firman Allah: Maka
tetaplah demikian keluhan mereka, sehingga kami jadikan mereka sebagai tanaman
yang telah dituai, yang tidak dapat hidup lagi. (al Anbiya: 15).
3. Panggilan atau seruan. Allah berfirman: Maka kamu tidak akan
sanggup menjadikan orang-orang yang mati itu dapat mendengar, dan menjadikan
orang-orang yang tuli dapat mendengar seruan, apabila mereka itu berpaling ke
belakang. (ar- Rum: 52)
4. Meminta pertolongan. Allah berfirman: Dan jika kamu (tetap)
dalam keraguan tentang at Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami
(Muhammad) buatlah satu surat yang semisal at Qur'an itu dan ajaklah
penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. (al
Baqarah: 23).
5. Permohonan. Seperti firman Allah: Dan orang-orang yang berada
dalam neraka berkata kepada penjagapenjaga jahannam: "Mohonkanlah kepada
Tuhanmu supaya Dia meringankan azab dari kami barang sehari." (al Mukmin:
49).
Macam-Macam Do’a
Syeikh Abdurrahman bin Sa'diy berkata: "Setiap perintah di
dalam al Qur'an dan larangan berdo'a kepada selain Allah, meliputi do'a masalah
(permintaan) dan do'a ibadah."
Adapun perbedaan antara kedua macam do'a tersebut adalah:
Do'a masalah (permintaan) adalah: Meminta untuk diberikan manfaat
dan dicegah dari kemudharatan, atau sesuatu yang sifatnya permintaan. Dan ini
dibagi menjadi tiga:
a) Permintaan yang ditujukan kepada Allah semata dan ini (termasuk
tauhid dan berpahala. -red. vbaitullah)
b) Permintaan yang ditujukan kepada selain Allah, padahal dia
tidak mampu memenuhi dan memberikan permintaannya. Seperti meminta kepada
kuburan, pohon-pohon besar atau tempat-tempat keramat. Dan ini termasuk syirik
dan dosa besar.
c) Permintaan yang ditujukan kepada selain Allah pada hal-hal yang
bisa dipenuhi dan bisa dilakukan, seperti meminta prang lain, yang masih hidup
untuk memindahkan atau membawakan barangnya dan ini hukumnya boleh.
Do'a Ibadah maksudnya Semua bentuk ibadah atau ketaatan yang
diberikan kepada Allah balk lahiriah maupun batiniah, karena pada hakikatnya
semua bentuk ibadah misalnya shalat, puasa, Haji dan sebagainya, tujuan
utamanya adalah untuk mendapatkan ridha Allah dan dijauhkan dari azab-Nya.
11.4 KEPERCAYAAN
Kepercayaan berasal dari kata percaya, artinya mengakui atau
meyakini akan kebenaran. Kepercayaan adalah hal – hal yang berhubungan dengan
pengakuan atau keyakinan akan kebenaran. Ada beberapa kalimat yang dapat kita
perhatikan :
Ia tidak percaya pada diri sendiri.
Saya tidak percaya ia berbuat seperti itu, berita itu kurang dapat
dipercaya.
Bagaimana juga kita harus percaya kepada pemerintah.
Kita harus percaya akan nasehat – nasehat yang berasal dari
Al-qur’an.
Dengan contoh berbagai kalimat diatas maka dapat ditarik
kesimpulan, bahwa dasar kepercayaan itu adalah kebenaran.
11.5 BERBAGAI KEPERCAYAAN DAN USAHA UNTUK MENINGKATKANNYA
Dasar kepercayaan adalah kebenaran. Kepercayaan itu dapat
dibedakan atas :
• Kepercayaan pada diri sendiri
Kepercayaan pada diri sendiri itu ditanamkan setiap pribadi
manusia. Percaya pada diri sendiri pada hakekatnya percaya pada Tuhan Yang Maha
Esa Percaya pada diri sendiri, menganggap dirinya tidak salah, dirinya menang,
dirinya mampu mengerjakan yang diserahkan atau dipercayakan kepadanya.
• Kepercayaan kepada orang lain
Percaya kepada orang lain itu dapat berupa percaya kepada saudara,
orang tua, guru, atau siapa saja. Kepercayaan kepada orang lain itu sudah tentu
percaya ternadap kata hatinya, perbuatan yang sesuai dengan kata hati, atau
terhadap kebenarannya. Ada ucapan yang berbunyi orang itu dipercaya karna
ucapannya. Misalnya, orang yang berjanji sesuatu hams dipenuhi, meskipun janji
itu tidak terdengar orang lain, apalagi membuat janji kepada orang lain.
• Kepercayaan kepada pemerintah
Berdasarkan pandangan teokratis menurut etika, filsafat tingkah
laku karya Prof.Ir, Poedjawiyatna, negara itu berasal dari Tuhan. Tuhan
langsung memerintah dan memimpin bangsa manusia, atau setidak-tidaknya Tuhanlah
pemilik kedaulatan sejati, Karena semua adalah ciptaan Tuhan. Semua mengemban
kewibawaan, terutama pengemban tertinggi, yaitu raja, langsung dikaruniai
kewibawaan oleh Tuhan, sebab langsung dipilih oleh Tuhan pula (kerajaan)
Pandangan demokratis mengatakan bahwa kedaulatan adalah dari
rakyat, (kewibawaan pun milik rakyat. Rakyat adalah negara, rakyat itu menjelma
pada negara. Satu-satunya realitas adalah negara). Manusia sebagai seorang
(individu) tak berarti. Orang. mempunyai arti hanya dalam masyarakat, negara.
Hanya negara sebagai keutuhan (totalitas) yang ada, kedaulatan mutlak pada
negara, negara demikian itu disebut negara totaliter. satu-satunya yang
mempunyai hak ialah negara; manusia perorangan tidak mempunyai hak, ia hanya
mempunyai kewajiban (negara diktator)
Jelaslah bagi kita, baik teori atau pandangan teokratis ataupun
demokratis negara atau pemerintah itu benar, karena Tuhan adalah sumber
kebenaran. Karena itu wajarlah kalau manusia sebagai warga negara percaya
kepada negara/pemerintah.
• Kepercayaan kepada Tuhan
Kepercayaan kepada Tuhan yang maha kuasa itu amat penting, karena
keberadaan manusia itu bukan dengan sendirinya, tetapi diciptakan oleh Tuhan.
Kepercayaan berarti keyakinan dan pengakuan akan kebenaran. Kepercayaan itu
amat penting, karena merupakan tali kuat yang dapat menghubungkan rasa manusia
dengan Tuhannya. Bagaimana Tuhan dapat menolong umatnya, apabila umat itu tidak
mempunyai kepercayaan kepada Tuhannya, sebab tidak ada tali penghubung yang
mengalirkan daya kekuatannya. Oleh karcna itu jika manusia berusaha agar
mendapat pertolongan dari padanya, manusia harus percaya kepada Tuhan, sebab
Tuhanlah yang selalu menyertai manusia. Kepercayaan atau pengakuan akan adanya
zat yang maha tinggi yang menciptakan alam semesta seisinya merupakan
konsekuensinya tiap-tiap umat beragama dalam melakukan pemujaan
kepada zat tersebut.
Usaha-usaha Meningkatkan Percaya pada Tuhan
Usaha itu antara lain:
• Meningkatkan
ketaqwaan kita dengan jalan meningkatkan ibadah.
• Meningkatkan
pengabdian kita kepada masyarakat.
• Meningkatkan kecintaan kita kepada sesama manusia dengan jalan
suka menolong, dermawan, dan sebagainya.
• Mengurangi
nafsu mengumpulkan harta yang berlebihan.
• Menekan
perasaan negatif seperti iri, dengki, fitnah, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA :
http://amrozi-gitz.blogspot.com/2012/06/manusia-dan-harapan.html
http://sahat1ka43.blogspot.com/2012/07/manusia-dan-harapan.html
http://harapansatria.blogspot.com/2008/05/pengertian-doa.html
Seri Diktat Kuliah MKDU: Ilmu Budaya Dasar karya Widyo Nugroho dan
Achmad Muchji, Universitas Gunadarma
http://sahat1ka43.blogspot.com/2012/07/manusia-dan-tanggung-jawab.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar